Menciptakan Sekolah yang Kondusif
Posted on 10. Jun, 2009 by Imam Sujarwo in Untai Pena
Insan pendidikan masih sering dipusingkan oleh berita-berita di media cetak maupun media elektronik tentang perilaku tidak terpuji para pelajar kita. Perilaku yang dimaksud adalah diantaranya perkelaian pelajar, tindakan amoral, dan tindakan menyimpang lainnya yang meresahkan kalangan pendidik. Perilaku-perilaku tersebut juga bisa di akses lewat internet yang saat ini semakin mudah untuk menjumpai dan mudah menggunakannya. Permasalahan ini barang tentu juga merupakan tanggung jawab dunia pendidikan, artinya pendidikan harus bisa mengantarkan generasi-generasi penerus bangsa ini yang berbudi, dalam bahasa agamanya adalah berakhlakul karimah. Salah satu penyebabnya mungkin adalah kurang kondusifnya sebuah lembaga pendidikan, sehingga pengaruh lingkungan sekolah masih kalah dengan pengaruh lingkungan masyarakat terhadap pelajar kita. Untuk mengurangi perilaku-perilaku siswa yang menyimpang tersebut salah satu cara yang bisa kita lakukan adalah bagaimana sekolah itu bisa menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional pada Bab 11 Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa tertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan diharapkan mampu mengantarkan anak didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut. Sekolah tidak hanya mengantarkan anak cerdas dari sisi keilmuannya, namun sekolah juga dituntut bisa mengantarkan peserta didiknya yang berakhlakul karimah, sehingga permasalahan kenakalan remaja yang marak akhir-akhir ini sedikit demi sedikit bisa tereliminir. Untuk menciptakan sekolah yang bisa mengantarkan peserta didiknya yang cerdas serta berakhlakul karimah, cara yang harus diciptakan di sekolah adalah semua komponen yang ada harus menunjukkan sikap keteladanan kepada peserta didik. Sikap keteladanan yang perlu dikembangkan adalah memalui contoh prilaku guru. Dalam Al-Qur’an disebutkan bahwa manusia yang menghendaki kesejahteraan hidupnya lahir batin dunia akhirat, maka dalam hidup dan kehidupannya harus mencontoh pola hidup Rasulullah SAW. Hal ini diterangkan dalam Al-Qur’an surat Al Ahzab ayat 21 yang artinya “Sesungguhnya telah ada untuk kamu pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik. Bagi orang-orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kemudian, dan dia banyak menyebut nama Allah”. Tuntunan sifat kepemimpinan yang Islami yang dicontohkan oleh Rasulullah adalah Sidik, Amanah, Fatonah dan Tabliq. Sidik artinya benar, jujur dalam ucapan dan tindakan, ucapan selaras dengan tindakan dan satunya kata dengan tindakan, tidak bohong dan tidak ada dusta diantara sesama, merupakan nilai dasar sidik yang diteladankan oleh Rasulullah kepada umatnya. Kejujuran dan kebenaran itu senantiasa dimiliki dan dilaksanakan dalam berbagai aktifitas kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Tindakan tersebut dilakukan dengan sungguh-sungguh, tidak setengah-setengah, tidak malas-malasan, atau memiliki tingkat kesadaran yang bagus dalam bertanggung jawab. Islam memerintahkan umatnya untuk senantiasa hidup dan menjalani kehidupan ini dengan benar. Hal ini sesuai dengan Hadits Rasulullah SAW. Yang artinya “Hendaklah kamu berlaku benar, karena berlaku benar/jujur membimbing kepada kebajikan dan kebajikan membawa ke Surga”. Amanah artinya punya kelayakan untuk dipercaya, lawan amanah adalah khianat artinya menyalahgunakan kepercayaan. Amanah adalah segala macam amal perbuatan yang diamanahkan Allah SWT. Kepada hamba-Nya. Hai ini sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al Anfal ayat 27 – 28 yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui. Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar”. Bentuk-bentuk amanah yang harus kita tanamkan sebagai suri tauladan bagi peserta didik kita adalah antara lain kejujuran, ketaatan terhadap nilai-nilai kebenaran, integritas, dan pengabdian. Menurut Salahuddin Sanusi untuk memiliki integritas minimal ada 11 prinsip yang harus dilaksanakan, yaitu beriman dan bertaqwa, persaudaraan, persamaan, musyawarah, gotong royong, pertanggungjawaban bersama, bekerja keras, berinisiatif dan kreatif, berlomba dalam kebaikan, toleransi, dan percaya diri berjalan terus pada jalan yang benar. Fathonah artinya cerdas, pandai atau pintar. Nilai dasar Fathonah adalah bahwa kita sebagai hamba Allah harus cerdas, kreatif, teliti, pandai dan trampil dalam mengemban tugasnya. Sebagai pemimpin harus cerdas, supaya dapat memberikan pelayanan yang efektif berupa bantuan langsung kepada guru-guru tentang bagaimana cara meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas. Termasuk bagaimana mempersiapkan proses pembelajarannya sampai teknik evaluasinya. Guru mengembangkan proses pembelajaran yang menarik, proses pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga siswa menjadi nyaman. Guru harus selalu berinovasi dalam proses pembelajaran. Siswa harus mengasah potensi dirinya dan juga harus perupaya untuk mengasah kecerdasannya untuk mempersiapkan diri sebagai calon-calon pemimpin bangsa yang handal. Tabliq adalah menyampaikan wahyu atau risalah dari Allah SWT. Kepada orang lain atau memberikan pelajaran, pengetahuan dan menyampaikan yang hak kepada yang dipimpinnya. Nabi memiliki dasar ini karena beliau punya kemampuan yang bagus dalam menyampaikan informasi, berita, wahyu, perintah, larangan, isi hati, ide, gagasan, dan seterusnya. Memiliki kemampuan menentukan strategi komunikasi yang sesuai dengan sasarannya sehingga terhindar dari fitnah akibat kesalahfahaman. Nilai dasar tabliq merupakan kunci dan erat kaitannya dengan membangun relasi, hubungan yang harmonis dan jalinan komunikasi antara sesame, atasan dan bawahan, dan seterusnya. Nabi Muhammad SAW. Tidak pernah memerintahkan umatnya untuk dakwah dengan cara mencaci maki. Menyampaikan dakwah dengan penuh hikmah dan kebijakan. Sifat-sifat Rasulullah inilah yang seharusnya kita kembangkan di dunia pendidikan kita, sehingga tercipta suasana yang kondusif di sekolah. moved by carogehety back to Artikel Pendidikan |